Pentingnya Diagnosa dalam Pendidikan Remaja
Pentingnya Diagnosa dalam Pendidikan Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 10 Jumadil Awal 1446 H / 12 November 2024 M.
Kajian Tentang Pentingnya Diagnosa dalam Pendidikan Remaja
Seorang pendidik, seperti seorang dokter, perlu mendiagnosa terlebih dahulu sebelum menentukan dosis atau kadar “obat” yang diberikan. Hukuman itu seperti obat pahit; jika tidak tepat dosisnya, ia bisa membahayakan. Maka, jadilah pendidik yang bijak, yang meneliti dahulu masalah yang dihadapi remaja sebelum memutuskan hukuman atau tindakan. Ini penting agar “obat” yang diberikan benar-benar menyembuhkan dan bermanfaat.
Demikian pula, dalam menghadapi anak-anak atau remaja, kita harus mengetahui duduk perkaranya dengan mendiagnosa terlebih dahulu. Dengan mengetahui masalah dan penyebabnya, kita bisa memberikan pengajaran yang tepat sesuai kadar yang diperlukan. Terburu-buru dalam menjatuhkan vonis seringkali menghasilkan keputusan yang keliru. Misalnya, jika ternyata anak tidak bersalah tetapi dihukum, hal ini dapat membuatnya kehilangan kepercayaan kepada pendidiknya. Kepercayaan adalah dasar dari hubungan yang sehat antara pendidik dan anak didik.
Kecerobohan dari pihak pendidik tidak bisa ditoleransi, karena berpotensi merusak ikatan yang telah terbangun. Sementara itu, kecerobohan dari anak-anak atau remaja mungkin masih dapat dimaklumi karena sifat alamiah mereka. Oleh karena itu, seorang pendidik harus berupaya menghindari kesalahan dalam menjatuhkan hukuman atau sanksi, terutama yang bersifat fisik. Jika salah, ini akan merusak hubungan dan membahayakan perkembangan mental anak atau remaja tersebut.
Sebagai pendidik, tugas kita adalah mengatasi dan memperbaiki kecerobohan anak-anak didik, meluruskan dan membenahi kekurangan mereka. Namun, kecerobohan dari pendidik sendiri merupakan hal yang sangat fatal dan tidak bisa ditolerir. Bila sesama murid saling membully, mungkin itu masih bisa dimaklumi sebagai kekurangan anak-anak. Akan tetapi, jika pelaku bully adalah pendidik, guru, atau bahkan orang tua, ini sama sekali tidak bisa dimaafkan.
Ada pepatah yang mengatakan, “Jika guru kencing berdiri, murid akan kencing berlari.” Artinya, jika pendidik berbuat ceroboh, anak didik akan melakukan hal yang lebih ekstrem. Jika pendidik ceroboh, anak-anak akan menirunya dengan kecerobohan yang lebih besar. Oleh karena itu, pendidik tidak boleh terburu-buru menyalahkan atau memberikan stigma berat kepada anak-anak. Bila pendidik keliru dalam memberikan hukuman atau menjatuhkan vonis, akibatnya anak-anak akan semakin ceroboh atau bahkan mengabaikan kata-kata pendidiknya.
Dalam banyak kasus, kecerobohan pendidik yang berawal dari vonis atau hukuman yang salah malah membuat anak merasa semakin terpojok. Akhirnya, baik pendidik maupun anak didik akan semakin menjauh satu sama lain. Hubungan antara keduanya menjadi renggang, tidak ada lagi titik temu antara pendidik dan anak didiknya, atau antara orang tua dan anaknya.
Mengurangi Kecerobohan dalam Mendidik
Kesalahan memang tak dapat dihindari sepenuhnya, tetapi sebaiknya kita mengurangi kesalahan, terutama yang timbul karena kecerobohan. Kecerobohan seringkali terjadi bukan karena ketidaktahuan, tetapi karena emosi atau amarah yang tak terkendali, dan dampaknya bisa lebih buruk.
Inilah pesan Utbah bin Abi Sufyan kepada pengajar anaknya untuk menjadi seperti dokter yang tidak tergesa-gesa memberikan pengobatan sebelum mengetahui penyakitnya. Begitulah seharusnya orang tua dan pendidik bersikap: bijaksana dalam melihat permasalahan yang dihadapi oleh remaja. Banyak tantangan yang dihadapi remaja saat ini, dan pendekatan yang bijak adalah dengan menaklukkan hati mereka, bukan dengan ketergesa-gesaan atau amarah.
Sebagaimana sebelumnya dijelaskan, manusia membutuhkan ruang. Jika ruang itu disempitkan, mereka akan mencari jalan keluar sendiri yang mungkin tidak terduga atau bahkan ekstrem. Maka, berikan ruang pada mereka dan jangan terburu-buru mengambil tindakan. Kecerobohan biasanya terjadi karena dorongan emosi yang tidak terkendali, sehingga akal sehat tidak berjalan baik. Inilah yang sering menimbulkan kecerobohan dan berdampak fatal dalam pendidikan dan pengasuhan.
Keadilan dalam Mendidik Anak
Ada kaidah yang mengatakan bahwa kesalahan dalam memberikan hukuman lebih berat daripada kesalahan dalam memaafkan. Kita mungkin keliru memberi ruang atau toleransi, tetapi itu lebih ringan daripada keliru dalam menjatuhkan hukuman. Dalam mendidik, menghukum anak secara tidak tepat atau berlebihan dapat berdampak fatal, terutama jika hukuman tersebut ternyata tidak sesuai dengan kesalahan yang dilakukan.
Kesalahan dalam menghukum berarti kita keluar dari batas-batas keadilan, yang pada akhirnya dapat memicu jiwa pemberontakan pada anak. Anak mungkin merespons dengan sikap yang frontal dan membangkang, karena merasa tidak diperlakukan dengan adil. Maka, penting bagi pendidik untuk selalu berusaha mempertahankan keadilan dalam setiap tindakan, sehingga dapat menghindari dampak negatif tersebut.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54699-pentingnya-diagnosa-dalam-pendidikan-remaja/